TAUTAN UKHWAH

01 June 2009

HAKIKAT JIHAD DALAM ISLAM


Jihad merupakan puncak kekuatan dan kemuliaan Islam. Orang yang berjihad akan menempati kedudukan yang tinggi di syurga.

Secara umum, hakikat jihad mempunyai makna yang sangat luas iaitu berjihad melawan hawa nafsu, syaitan, dan orang-orang fasik dari kalangan ahli bid’ah dan maksiat.

Sedangkan menurut syara’, jihad adalah mencurahkan seluruh kemampuan untuk memerangi orang kafir. Sehingga dapat disimpulkan, jihad itu merangkumi empat bahagian :

A)Jihad melawan hawa nafsu meliputi empat masalah iaitu:-

i) berjihad melawan hawa nafsu dalam mencari dan mempelajari kebenaran agama

yang haq.

ii) berjihad melawan hawa nafsu dalam mengamalkan ilmu yang telah didapatkan.

iii) berjihad melawan hawa nafsu dalam mendakwahkan ilmu dan agama yang haq.

iv) berjihad melawan hawa nafsu dengan bersabar dalam mencari ilmu, beramal dan

dalam berdakwah..

B)Jihad melawan syaitan yang dapat dilakukan dengan dua cara:-

i) dengan menolak syubhah dan keraguan yang dapat mencederai keimanan

ii) dengan menolak keinginan-keinginan hawa nafsu yang merosak.

C)Berjihad melawan orang-orang fasik, pelaku kezaliman, pelaku bid’ah dan pelaku kemungkaran

“Barangsiapa membuat perkara yang baru atau mendukung pelaku bid’ah, maka dia terkena laknat Allah, malaikat dan seluruh manusia” [HR Bukhari dan Muslim]

Berjihad melawan orang fasik dengan lisan merupakan hak orang-orang yang memiliki ilmu dan kalangan para ulama iaitu dengan cara menegakkan hujjah dan membantah hujjah mereka, serta menjelaskan kesesatan mereka, baik dengan tulisan ataupun dengan lisan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan : “Yang membantah ahli bid’ah adalah mujahid” [Lihat Al-Fatawa 4/13]

Syaikhul Islam juga mengatakan : “Apabila seorang mubtadi menyeru kepada aqidah yang menyelisihi Al-Qur’an dan Sunnah, atau menempuh manhaj yang bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah, dan dikhawatirkan akan menyesatkan manusia, maka wajib untuk menjelaskan kesesatannya, sehingga orang-orang terjaga dari kesesatannya dan mereka mengetahui keadaannya” [Lihat Al-Fatawa 28/221]

Oleh kerana itu, membantah ahli bid’ah dengan hujjah dan perbalahan, menjelaskan yang haq, serta menjelaskan bahaya aqidah ahli bid’ah merupakan sesuatu yang wajib untuk memastikan 'kebersihan' agama Islam.Menolak pendustaan ahli bid’ah merupakan fardu kifayah kerana ketahuilah, kerosakan yang ditimbulkan dari perbuatan mereka, lebih berbahaya daripada berkuasanya orang kafir. Ini adalah kerana, kerosakan orang kafir dapat diketahui oleh setiap orang, sedangkan kerosakan pelaku bid’ah hanya diketahui oleh orang-orang alim. Adapun berjihad melawan orang fasik dengan tangan, maka ini menjadi hak bagi orang-orang yang memiliki kuasa, iaitu dengan cara menegakkan hudud (hukuman) terhadap setiap orang yang melanggar hukum-hukum Allah dan RasulNya. Sebagaimana pernah dilakukan Abu Bakar dengan memerangi orang-orang yang menolak membayar zakat, Ali bin Abi Thalib memerangi orang-orang Khawarij dan orang-orang Syi’ah Rafidhah.

D)Jihad melawan orang-orang munafik dan kafir

Al-Imam Ibnu Qayyim menyatakan, jihad memerangi orang kafir adalah fardhu ‘ain ; dia berjihad dengan hatinya, atau lisannya, atau dengan hartanya, atau dengan tangnnya ; maka setiap muslim berjihad dengan salah satu di antara jenis jihad ini. [Lihat Zadul Ma’ad 3/64]

Akan tetapi, berjihad memerangi orang kafir dengan tangan hukumnya fardhu kifayah, dan tidak menjadi fardhu ‘ain, kecuali jika terpenuhi salah satu dari empat syarat berikut ini :

i) Apabila dia berada di medan pertempuran

ii) Apabila negerinya diserang musuh. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan ;

“Apabila musuh telah masuk menyerang sebuah negara Islam, maka tidak

diragukan lagi wajib bagi kaum muslimin untuk mempertahankan negaranya

dan setiap negara yang terdekat, kemudian yang dekat, karena negara-negara

Islam adalah seperti satu negara”

(Al-Ikhtiyarat : 311) Jihad ini dinamakan Jihad Difa’.

iii) Apabila diperintah oleh Imam (Amirul Mukminin) untuk berperang

iv) Apabila dibutuhkan, maka jihad menjadi wajib. [Lihat al-Mughni, Al-Majmu’,

Zaadul Mustaqni]

Pensyariatan jihad menentang orang kafir (dengan tangan), melalui tiga tahap iaitu:-

i) Diizinkan bagi kaum muslimin untuk berperang dengan tanpa diwajibkan.

Allah berfirman. “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu” [Al-Hajj : 39]

ii) Perintah untuk memerangi setiap orang kafir yang memerangi kaum muslimin.

Allah berfirman. “Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas” [Al-Baqarah : 190]

iii) Perintah untuk memerangi seluruh kaum musyrikin sehingga agama Allah tegak di muka

bumi.

“Dan perangilah musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi semuanya ; dan ketahuiilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa” [At-Taubah : 36]

Tahap yang ketiga ini tidak dimansuhkan sehingga hari qiamat. Ini bermaksud, berjihad menentang orang kafir adalah wajib sehingga qiamat.

Syaikh Ibnu Baz rahimahullah berkata : “Marhalah (tahapan) yang ketiga ini tidak dimansuh, tetap wajib sesuai dengan kondisi kaum muslimin” [Fadlu Al-Jihad Wal Mujahidin, 2 : 440]

No comments:

Post a Comment

DOA PILIHAN

DOA DAPAT PELUANG PERNIAGAAN DAN MURAH REZEKI

اللَهُمَّ اجْعَلْنِي مِنْ أَعْظَمِ عِبَادِكَ نَصِيباً فِي كُلِّ خَيْرٍ تَقْسِمُهُ فِي الغَدَاةِ مِنْ نُورٍ تَهْدِي بِهِ، وَرَحْمَةٍ تَنْشُرُهَا، وَرِزْقٍ تَبْسُطُهُ، وَضُرٍّ تَكْشِفُهُ، وَبَلاءٍ تَرْفَـعُهُ، وَفِتْـنـَةٍ تَصْرِفُهَا، وَسُوءٍ تَدْفَـعُـهُ.
Maksudnya: “Ya Allah, jadikanlah aku antara kalangan hambaMu yang mendapat bahagian (pencapaian) yang hebat pada nur yang Engkau kurniakan sebagai hidayah, dan rahmat yang Engkau kurniakan, dan rezki yang Engkau sebarkan, dan mudharat yang Engkau selamatkan ( dari menimpa hamba-hambaMu ), dan bala yang Engkau angkatkan( dari menimpa hamba-hambaMu ), dan fitnah yang Engkau jauhkan( dari menimpa hamba-hambaMu ), dan keburukan yang Engkau hindarkan
( dari menimpa hamba-hambaMu )”